Showing posts with label Poetry. Show all posts
Showing posts with label Poetry. Show all posts

Tuesday, November 23, 2010

Diam

Aku iri pada gulingmu. Dengan serakah ia memonopoli hangat tubuhmu di setiap malam. Kamu selalu dan selalu mendekapnya, erat, intens. Meniadakan jarak dalam sebuah pelukan diam.

Aku iri pada bed cover usang di atas kasurmu. Ia meng-cover kamu dengan sempurna. Dingin tak mampu menyakiti kamu karena ia ada untuk menggantikan rasa sakit itu. Setidaknya kamu mengijinkannya.

Aku iri pada coffee mix dingin yang kamu sapa sehari lima kali. Yang tanpanya kamu merasakan harimu tak lengkap. Kamu candu akan itu. Namun kamu tak candu akan aku.

Aku iri pada mobil BMW tahun 90-an yang kamu panggil "Mas Boy". Setiap kamu pergi dengan Mas Boy, ada setitik kebanggaan di sana. Semua orang melihat itu, bahwa kamu bersyukur mendapatkan Mas Boy. Kamu memujanya. Mas Boy.

Aku iri pada jam tangan Esprit mu yang konon harganya selangit. Keberadaan kalian satu. Kamu menjaganya seperti menjaga nyawamu saja. Tidak kamu biarkan ia tergores dan tersakiti meski hanya seinci. Lain dengan aku.

Aku iri pada parfum Benetton Sport yang menciptakan sensasi baru dalam harum tubuhmu. Kehadiranmu terepresentasi melalui peluh-peluh itu.

Aku iri pada komputermu. Bermodalkan resolusi tinggi dan speed maksimal, ia berhasil mencuri harimu. Mencuri waktumu. Mencuri perhatianmu. Mencuri kamu.

Aku iri pada koleksi jaket mu. Kamu memastikan mereka akan selalu ada di sana. Dalam lemari acak adul itu. Tidak sekali-kali kamu membiarkan mereka berpindah tangan.


Dari dua tahun lalu aku hanya diam. Mengamati dalam iri yang semakin menjadi. Pada mereka. Benda-benda mati itu!



Solo, November 23th

Friday, June 12, 2009

SAAT SEMUA TAK LAGI SAMA

Angin itu berbalik arah
Dari utara menjadi selatan
Aku merasakan beda

Kamu menamai derajat itu deviasi
Aku menyebutnya elevasi
Aku merasakan beda

Aku dan kamu termutasi
Dari pualam yang sempurna menjadi serpihan tanpa warna
Aku merasakan beda

Cinta tak lagi tak terhingga
Namun terfinit dalam kata
Aku merasakan beda

Rasa kita terdistorsi

Saat semua tak lagi sama,
mungkin ini yang mereka sebut kadaluwarsa





Thursday, May 14, 2009

Sunday, March 9, 2008

KETIKA

Ketika sepi, aku bertanya pada langit,
“mengapa bintang berkelit?”
Ketika bahagia aku bertanya pada warna,
“mengapa angkasa merona?”
Ketika sedih aku bertanya pada laut,
“mengapa ombak bergelut?”
Ketika bersyukur aku bertanya pada kidung,
“mengapa Dia begitu agung?”
Ketika rindu aku bertanya pada angin,
“mengapa tercipta dingin?”
Ketika jatuh aku bertanya pada bumi,
“mengapa ada gravitasi?”
Ketika cinta aku bertanya pada semesta,
“mengapa rasa itu nyata?”
Ketika luka aku bertanya pada hujan,
“mengapa muncul tetesan?”

Ketika ditinggalkan…
Aku bertanya pada langit,
Langit bilang ini bukan tentang bintang
Aku bertanya pada warna,
Warna bilang ini bukan tentang rona
Aku bertanya pada laut,
Laut bilang ini bukan tentang ombak
Aku bertanya pada kidung,
Kidung bilang ini bukan tentang Alfa dan Omega
Aku bertanya pada angin,
Angin bilang ini bukan tentang dingin
Aku bertanya pada bumi,
Bumi bilang ini bukan tentang gravitasi
Aku bertanya pada semesta,
Semesta bilang ini bukan tentang rasa
Aku bertanya pada hujan,
Hujan bilang ini bukan tentang tetesan
Aku bertanya pada hati,
Hati bilang ia tak mengerti…




-kala sendiri menggerogoti-

Tuesday, December 18, 2007

TAHUKAH KAMU ?

Aku menjauh.
Bukan karna sebuah pilihan.
Melainkan keharusan.
Tahukah kamu?

Aku diam.
Bukan karna bisu.
Melainkan kehilangan kata.
Tahukah kamu?

Aku tertawa.
Bukan karna ingin tertawa.
Melainkan ingin menangis.
Tahukah kamu?

Aku tersenyum.
Bukan karna bahagia.
Melainkan tak tahu apa arti bahagia.
Tahukah kamu?

Aku merenung.
Bukan karna banyak masalah.
Melainkan satu masalah.
Tahukah kamu?

Aku pergi.
Bukan karna tak bisa menerima.
Melainkan takut tersakiti lagi.
Tahukah kamu?

Aku menjauh
Aku diam
Aku tertawa
Aku tersenyum
Aku merenung
Aku pergi
Karna kamu…
Tahukah kamu?

12.11.2007